Rabu, 29 Januari 2020

Mom, I wanted Nothing but Seeing You Smile ~

Sedang ingin menulis, bila ingin akan saya lanjut karena masih panjang XD

Maaf atas kosa kata saya yang semerawut..hanya curhat jd mohon dimaklumi.

Cerita ini saya buat saat pukul 12 malam sembari mendengarkan lagu ini:

 

Faktanya saya sedang rindu dengan ibu saya, jadi ya saat dengar lagu ini ingat ibu saya XD. (Setiap orang punya feel masing2 ya dalam mengartikan lagu).

Bu, Aku hanga ingin melihat mu selalu tersenyum ~

~~~~~
"Buk, ini ada satu lagi," ujar saya sembari menunjuk ke bagian tengah leher saya.

Ibu saya terlihat termenung kala melihat luka operasi di leher saya.


Saat ibu terlihat seperti itu,saya memegang leher ibu. "Ibu, apa perlu nanti di operasi lagi seperti di leher ibu kan ada dua juga bekas operasinya,"

"Kalau bisa obati saja, ibu gak bisa liat anak ibu berdarah seperti ini lagi,"

Ya, pagi itu saya tak sadar kalau jahitan di leher saya berdarah hingga membasahi perban yang terbalut di leher saya.

Saya hanya bisa menangis saat melihat luka itu tidak berhenti mengeluarkan darah.

Adik saya? Dia hanya bilang sabar dan yang saya ingat saat itu hanya ibu.

Sontak, setelah melihat perban saya memerah oleh darah.

Saya langsung mengambil handphone saya dan mendial nomor ibu dengan tangisan merengek.

"Ibu, jahitan di leher ku berdarah. Gimana ini ibu,"

Terdengar suaranya yang meminta saya untuk tak menangis.

"Ya jangan nangis, ibu ke sana ya,"

---

Di tempat yang berbeda,

kamar nomor 3 Gedung D ruang Lakitan di salah satu Rumah Sakit besar di Palembang saya menunggu giliran untuk di jadwalkan operasi.

Pukul 08.00, dokter mengatakan bahwa saya akan dioperasi.

Sebelum menunjukkan pukul 08.00 saya sudah bersiap bahkan pukul 05.00 saya sudah mandi dan bersiap menggunakan pakaian khususu operasi.

Yang lucunya karena ini operasi perdana saya, saya sampai tanya berkali-kali dengan perawat apa betul pakai baju operasi tidak perlu pakai dalaman lagi?

"Kalau mau operasi emang harus seksi begini mba" kata perawat sembari terlihat tersenyum karena harus meleadeni pertanyaan saya,ibu terkekeh.

Oya,pagi itu telepon kedua dari dia menemani pagi saya yang deg-degan gak karuan.

Karena perawat tak kunjung memanggil saya kembali,ya jadinya teleponan sampai dia merasa perasaan saya membaik.

Saat itu Jumat, sebelum pergi salat Jumat dia menutup teleponnya dan kembali mengirim pesan melalui messenger ~nanti saya doakan lagi ya.

Saya letakkan handphone saya di meja yang berada dekat dengan ranjang.

"Melisa Wulandari, ayo mba sudah siap ya, kita mau ke ruang operasi, suster bantu,"

Saya ototmatis kaget dong, tepat setelah salat Jumat nama saya dipanggil bersiap menuju ruang operasi.

Ibu juga sudah siap membawa hasil ct scan leher dan dada saya. (Scan Thorax dan STL).

"Bismillah" kata ibu berbisik di telinga ku

Perawat saya langsung mendorong kursi roda yang sudah disiapkan untuk saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komennya