Tiba tiba malam ini kepikiran lagi buat nulis, Sabtu malam (21/5/2022).
Jadi, malam ini iseng-iseng lihat bio Instagram aku, aku ganti bio IG bagian website dengan blog pribadiku.
Ada rasa malu sih karena dengan pedenya aku menulis nama lengkap ku di alamat blog ini, hahaha (ngakak).
Sebenarnya, aku paling malas mengumbar kehidupan pribadi kecuali soal kegalauan akan cinta wkwkw, kali ini aku akan menulis kenangan tentang alm adik laki-laki ku. Sebagai peringatan 2 tahun dirinya meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Jujur, baru mau mulai nulis aja air mata ini sudah ingin keluar, seperti tak sabar membasahi pipi gemuk ku.
Yahh, sebelum membahas hal ini, terakhir aku mengisi tulisan di blog ini dengan perasaan galau, lagi-lagi tentang pria yang berkali-kali menyakiti aku hingga sampai sekarang alasan aku belum menikah hahaha (kidding).
Malam ini, aku tidak akan berbicara tentang cinta, hanya saja tetap sama aku membahas seorang pria/laki-laki kali ini tentang almarhum adik ku, Rio Pambdui Wicak Sono.
Aku menulis ini setelah kejadian besar yang menimpa keluargaku pada Juli 2020 lalu, dan sampai dengan saat ini aku mencoba berdamai dengan keadaan bahwa sekarang aku hanya tinggal dengan ibu dan ayah sambung.
HANYA Ibu yang aku miliki sekarang, sebenarnya kehilangan bukan sesuatu yang baru bagi aku. Tahun 2010, aku kehilangan ayah dan saat itu aku sedang di asrama saat mendengar kabar buruk itu, kali ini aku melihat di depan mata ku sendiri, adik laki-laki yang hanya beda 2 tahun dari ku meninggal di depan mata kepala ku sendiri.
PERASAAN KU saat itu hingga kini? jawabannya tetap sama, sama-sama sakit sampai saat ini aku masih berpikir dia masih hidup, sedang kerja di luar kota.
Jujur, aku sebenarnya tak ahli dalam menulis, maafkan bila tulisan ini kacau tapi aku hanya ingin menulis saja, menulis perasaan yang sudah diungkapkan ini.
Aku, sebenarnya tidak begitu dekat dengan adik laki-laki ku, tapi terkadang kami cerita walau hanya sebentar karena dia kerja aku pun kerja, jadi kami hanya bertemu saat pulang kerja (malam) hingga pagi kemudian bertemu malam lagi.
Yang kami bicarakan bila ada waktu ngobrol, tidak jauh tentang kucing, hem tentang pekerjaan dan lain sebagainya sisanya dia tidak begitu terbuka dengan ku, aku pun begitu, sifat kami pun berbeda.
Rio adik ku orang yang sangat supel, disukai semua orang, badannya tinggi sekitar 169 cm maybe, wajahnya mirip Al Ghazali anak Maia dan Ahmad Dhani (beberapa orang bilang seperti ini), ramah, dan suka melucu.
Aku? aku anak yang aneh, di rumah aku pendiam, tak banyak bicara, suka berdiam di kamar, tapi saat di luar rumah, aku ceria atau pura-pura ceria? ya begitulah, aku pun bingung dengan kepribadian ku yang freak ini.
Bicara ku saja ketus, ini yang mungkin membuat aku tidak terlalu dekat dengan Rio.
Rio, temannya banyak, personality yang bagus sehingga orang-orang tidak percaya kalau dia itu adik laki-laki ku, sekali lagi karena aku jarang membicarakan keluarga di depan teman-teman (kecuali teman dekat).
Rio, adik yang sempurna bagi ku walau terkadang kami bertengkar tapi yang namanya saudara itu hal wajar bukan? saat dia pulang cukup malam aku khawatir, karena dulu di tempat kerjanya dia sering pulang malam karena lembur.
Ohya, setelah ibu menikah (lagi) aku dan Rio tinggal berdua ditemani kucing-kucing kami, sementara ibu saat itu tinggal di rumah orangtua ayah sambung aku.
Sehari-hari kehidupan kami berdua tak beda dengan warga di komplek perumahan kami yang rata-rata pergi kerja pagi dan pulang kerja malam hari, begitu pula dengan kami berdua.
Aku dan Rio hanya bertemu pada malam hari hingga pagi, itu pun tidak banyak bicara, aku di kamar Rio juga begitu, kami bicara seperlunya saja tidak seperti adik kakak yang lain.
Aku memang bukan kakak perempuan yang baik, banyak kurangnya, aku bingung bagaimana memulai pembicaraan dengan Rio, aku sering jadi bahan pembicaraan Rio dengan teman-temannya pernah terdengar di telinga ku kalau aku ini kakak yang aneh, menyeramkan? hahaha.
Namun herannya, aku bisa terlihat ceria di depan teman-temanku ahaha, aneh bukan?
Hari demi hari, tahun demi tahun kami lewati berdua di rumah KPR kami, terkadang ibu menginap di rumah 1 minggu kemudian pulang lagi ke rumah orangtua ayah (sambung) begitu seterusnya.
Hingga suatu hari kejadian yang tak bisa terlupakan itu terjadi, 19 Juli 2020, jujur aku tak agak berat menulis bagian ini.
Hari itu terasa seperti neraka, tak pernah ku sangka, Rio adik laki-laki ku satu-satunya meninggal dengan jalan yang tak pernah kami duga.
Di rumah sakit swasta Islam dia meninggal, pada saat itu (di ruang IGD rumah sakit) ibu terlihat bingung duduk di samping alm adikku yang terbujur kaku, seluruh badannya ditutupi kain, aku yang berpikir dia tak akan meninggal ketika sampai di depan ranjangnya tak bisa merasakan apapun, aku mencoba tegar agar bisa berpikir jernih
------------